Postingan

Sedingin Salju

 Sedingin Salju Zinnia Monica Tatapnya tak dapat lagi kunikmati Meskipun senyumnya mengena di hati Tak ada kehangatan lagi Cinta pun telah lama pergi Adakah sekeping hati pengganti? Menggenggam jemari penuh arti Mewarnai kembali hari-hari Hingga cinta tak perlu dicari-cari Duhai Kakandaku Peluklah jiwa dan ragaku Jangan biarkan bunga kertas ini layu Sejukkan Dinda semilir bayu Ruang Doa, 3 November 2022

Rapuh

Gambar
 Rapuh Zinnia Monica Membaca kesedihan dalam tawa Mencoba menutupi diri Berusaha tegar dan kuat Demi seseorang yang mungkin akan bersandar Dada bidang itu tak sekokoh yang terlihat Tawa lepas itu tak seriang rasanya Menyembunyikan nestapa dalam jiwa Menguatkan diri seolah-olah bagaikan kesatria Meskipun tabir itu hendak ditutup Nyatanya, belas kasihku terlanjur terpaut Mencoba membasuh luka yang ada Mengisi kehampaan di sana, bila mungkin Bukalah sedikit tirai yang menutup Agar pelukku dapat tersambut Agar hadirku mewarnai harimu Menyembuhkan duka tanpa sembunyi di balik tawa lagi Ruang doa, 1 November 2022 Special for you 💖

Aku Baik-Baik Saja

Gambar
Tuhan, izinkan aku berteriak atas kelukaan ini. Bukan tak mau menerima, hanya saja mengapa bagaikan uji? Salahkah jika aku menutup mata? Berlenggang, berlalri sejauh mungkin? Hingga jejak kaki tak lagi dapat ditemukan oleh siapa pun. Jika jatuhnya air mata dapat membasuh luka, pasti akan kuderaskan alirannya laksana hujan yang mengguyur bumi. Seringkali, ia hanya menjadi peredam rasa, atas emosi memuncak yang mencoba dikekang, disembunyikan, dan pura-pura tak terjadi apa-apa. Seringkali, ia sudah tidak berarti lagi untuk dipedulikan, oleh hati yang tertutup dan terkunci. Bosan! Muak! Hilang iba, dan sekumpulan rasa enggan. Apa yang harus diperbuat, agar semua benar-benar baik-baik saja. Apa yang harus dilakukan, demi menahan kembali luruhnya tetesan bening di pipi. Tidakkah itu hal wajar? Sewajar rasa perih yang terasa lagi. Yang datang bagai menghujani. Jakarta, 26 Oktober 2023 >> Zinnia Monica <<

Menjelma

Gambar
 Menjelma >> Zinnia Monica << Kisahkan tentang cinta  Esok 'kan kau temui rindu  Ceritakan perihal kebencian Lusa 'kan kau dapati wajah serupa Meganthropus Paleojavanicus Beritahu soal duka dan lara Kelak 'kan kau rasakan aliran sungai air mata Sudahkah kau mengenalinya? Sedalam palung di laut, setinggi bintang di langit, sejeli lensa mikroskop Tentu, bukan janji Bukan pula puja dan puji  Mungkin sebatas mimpi Yang akan terus kau ingat sampai mati Jakarta, 18 Oktober 2023

Lentera yang Sirna

Gambar
Lentera yang Sirna >> Zinnia Monica <<    Ketika malam, ia bagaikan rembulan   Sinarnya hanya bertahan kala mentari sembunyi di balik bumi   Ibarat kertas yang terbakar, cahayanya tak 'kan abadi   Meskipun seluruh kertas seisi dunia dihabiskan      Seumpama kayu, lama-kelamaan ia menjadi arang hitam   Hanya bisa membara tanpa memberikan terang lagi   Seandainya ia pelepah bambu, pasti akan meredup seiring perubahannya menjadi debu Tiada kekekalan yang tersaji darinya      Ia hanya mencoba memberi bayang-bayang pada benda sekitar   Ia sekadar mewarnai kehidupan sejauh jangkauannya   Tanpa meminta balas atas cerianya makhluk sekitar   Ia tak peduli meskipun raga habis terbakar      Jakarta, 10 Februari 2023

Dapatkah Menjeda Langkah?

Gambar
  Dapatkah Menjeda Langkah? >> Zinnia Monica >< Aku memapah raga, yang letih tanpa daya. Tiada kuasa selain kuasa-Nya. Yang tetap memberikan kasih dan sayangnya hingga detik ini. Tetap membuatku bernapas, meskipun udara yang kuhirup bukan pula milikku selamanya.  Tanpa Dia, aku mungkin mati rasa. Tak dapat lagi merasakan cinta, rindu, dan benci. Mengapa ketiganya harus ada di dada? Mengapa benci tak dimusnahkan saja? Agar setiap waktu aku bisa tersenyum penuh cinta dan berharap temu karena rindu. Tubuhku bisa saja lelah. Namun, batin selalu memohon yang terbaik. Tak mengerti apa pula yang paling baik? Yang kutahu, saat ini rasanya lemah. Lemah hati, jiwa, dan raga.  Ke mana harus mengadu? Perihal hidup yang terus berlalu. Tentang cerita yang datang silih berganti. Mengisi ruang-ruang kosong tanpa sengaja, hingga penuh tak menyisakan tempat lagi. Untuk menjeda sejenak langkah-langkah kaki. Sebagai upaya mendapat rida-Nya. Jakarta, 13 Oktober 2023

SENJA YANG MENJADI SAKSI

Gambar
 SENJA YANG MENJADI SAKSI >> Zinnia Monica << Mengapa aku masih terpaku? Pada ranting-ranting yang penuh dedaunan di atas kita. Pada senja kala kita berdua. Di tepi pantai dengan pemandangan sunset itu. Setiap pergi dan berlari, yang kupikir hanya kamu saat seseorang mencoba mendekat. Ini sungguh gila! Sedangkan aku, tak tahu kau ada di mana? Yang kusaksikan kini parasmu tampak ceria. Senyum yang terulas di bibirmu menandakan rona bahagia. Mungkin, seseorang berhasil menyentuh hatimu.  Yang kutahu, kau terlalu berani. Seolah-olah tak punya etika. Bersama seseorang yang harusnya asing bagimu.  Kau anggap aku ini apa? Siapa perancang skenario di belakang semua ini? Atau kau bermain sendiri? Demi masa, semua hal buruk yang kau lakukan kelak akan kau tuai. Tinggal menunggu waktu. Tanpa campur tanganku pun. Sebab balasan Tuhan tidak pernah luput pada manusia. Jakarta, 12 Oktober 2023